JAKARTA – Salah satu tersangka penipuan travel umroh pemilik PT Naila Safaah Wisata Mandiri (NSWM) ternyata residivis, atas nama Mahfudz Abdullah yang kini berganti nama untuk memudahkan aksi penipuan merekrut jamaah umroh.
“Agar tidak ketahuan bahwa yang bersangkutan ini dulu pernah melakukan modus yang sama ataupun residivis. Yang bersangkutan mengganti namanya, yaitu Mahfudz Abdullah menjadi Abi Hafidz Al-Maqdisy,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi, SIK MH., saat konferensi Pers di Polda Metro Jaya, Jumat (31/03/2023).
Hengki Haryadi menjelaskan pelaku ini sebelumnya mengelola PT GAM di tahun 2016, kemudian membeli PT Naila untuk melakukan aksi serupa dan agar tidak diketahui.
“Pelaku membeli PT Naila Syafa’ah Wisata Mandiri ini agar tidak ketahuan karena sebelumnya yang bersangkutan punya PT yang lain yang sudah ditindak pada tahun 2016, juga oleh Polda Metro Jaya, yaitu PT Garuda Angkasa Mandiri. Kemudian pelaku membeli PT Naila Syafa’ah Wisata Mandiri ini, namun disini tetap di bawah kendali tersangka Mahfud dan istrinya,” jelas Hengki.
Dengan memakai nama Travel umrah PT NSWM kemudian melakukan berbagai cara untuk menggaet para korbannya. Tersangka Mahfudz Abdulah alias Abi bahkan tidak segan memasang foto tokoh agama untuk meyakinkan korban.
Hengki Haryadi merinci bahwa PT NSWM ini merekrut tokoh agama untuk menarik para jemaah. Namun, tokoh agama ini sejatinya juga korban dari si tersangka. “Kemudian, modus PT NSWM ini juga merekrut tokoh agama yang memiliki pengikut terbanyak,” kata Hengki kepada wartawan.
Tokoh agama tersebut kemudian dimanfaatkan. Fotonya dipajang di brosur supaya menarik hati para calon korban. “Kemudian memasang fotonya di dalam brosur, sehingga banyak jemaah yang ikut travel ini dan kebetulan tokoh agamanya ini ada yang menjadi Korbannya jadi seolah diendorse tapi dia korban,” tuturnya.
Modus Operandi Mafia Umrah
Hengki Haryadi menyampaikan ada 3 modus operandi yang dilakukan oleh Mahfudz dalam melakukan penipuan ini. Salah satunya dengan menjual paket umrah yang lebih murah, di bawah referensi Kemenag.
Paket perjalanan umrah dimulai dari sekitar Rp36 jutaan. Kemudian PT NSWM melakukan promosi melalui medsos dengan testimoni jemaah yang sudah diberangkatkan. “Jadi pintar, yang pertama keberangkatan awal itu sudah sesuai bahkan dibuat sebagus mungkin untuk menarik jemaah berikutnya,” katanya.
Modus berikutnya adalah dengan memalsukan QR code. Jemaah yang berangkat rupanya menggunakan barcode yang lama yang pernah digunakan oleh jemaah lain yang pernah ke Arab Saudi.
“Kemudian travel ini memalsukan QR code. Ini fatal karena berisi data-data jemaah, antara foto dan QR code berbeda. Jadi jemaah kalau hilang di Arab itu susah dideteksi,” ujar Hengki.
Selanjutnya adalah modus tiket hangus yang dihidupkan kembali. Jemaah dimintai pembayaran ekstra untuk menghidupkan kembali tiket yang sudah hangus.
“Kemudian modusnya lagi tiket hangus bisa dihidupkan lagi menambah uang Rp 2,5 juta. ini kami sedang selidiki kok bisa ada modus ini,” kata Hengki.(red).
Komentar