oleh

Dr. Yunada Arpan: Sakai Sambayan dalam Tradisi Sekura Lampungbarat

Loading

LAMPUNGBARAT – Salah satu tradisi unik dan langka di Lampung Barat khususnya di daerah Skala Brak yang masih bertahan hingga kini adalah tradisi Pesta Sekura (topeng). Kegiatan sekura dilaksanakan pada Idul Fitri, awal bulan atau minggu pertama setiap bulan Syawal selepas melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Lokasi pesta sekura dilaksanakan secara berpindah-pindah dari satu pekon (desa) ke pekon lainnya.

Kegiatan atau tradisi pesta sekura ini telah berlangsung cukup lama, meskipun hingga kini belum ada literatur sejak zaman kolonial yang berhasil ditemukan terkait kegiatan sekura ataupun istilah topeng di Provinsi Lampung maupun sekura di Lampung Barat. Namun realitasnya pesta budaya sekura merupakan tradisi budaya yang sudah ada sejak turun-temurun. Momen sekura ini adalah sarana silaturahim serta ungkapan rasa kegembiraan masyarakat Lambar setelah usai melaksanakan ibadah puasa pada bulan suci ramadan.

Sampai batas ini ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang awal mula masuknya Sekura ke daerah ini.

Pertama, konon sudah ada sejak zaman animisme-dinamisme, keberadaan topeng digunakan untuk upacara keagamaan sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, sebagai sarana pemujaan roh leluhur, topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa.

Kedua, diperkirakan sekitar abad ke-16, seiring berkembangnya ajaran Islam di Lampung Barat maka Sekura (topeng) digunakan dalam peristiwa peperangan untuk menutupi atau menyembunyikan wajah aslinya, dengan tujuan agar pihak lawan sulit mengenali orang yang berada di balik topeng. Ini dilakukan karena sebelumnya mereka saling kenal dalam satu komunitas, tetapi ada satu kelompok atau pihak yang belum mau mengikuti ajaran Islam sehingga mereka diperangi dengan cara bertopeng. Berbagai hipotesis-hipotesis atau dugaan-dugaan sementara itu kita terima dulu tanpa perdebatan, sambil mencari bukti kebenarannya oleh para peneliti budaya selanjutnya.

Namun yang terpenting pesta Sekura ini ini menjadi peristiwa budaya yang menarik dan langka di Indonesia. Menurut Arman AZ (2020) Sekura menjadi peristiwa akulturasi antara agama dan tradisi yang dianut oleh masyarakat Lampung. Lebih dari itu, sekura juga mampu menyatukan berbagai golongan kaya-miskin, pegawai-petani, tua-muda, besar-kecil.

Menurutnya dalam kegiatan pesta sekura selalu disertai dengan kegiatan panjat pinang, ajang silaturrahim dengan membuka pintu lebar-lebar tangan terbuka untuk menyambut para tamu, sanak saudara kerabat yang datang dari jauh untuk bersilaturrahim pada momen acara sekura berlangsung. Pada peristiwa inilah dapat kita lihat implementasi dari filosofi masyarakat Lampung mengenai Pi’il Pesenggikhi terutama berkaitan dengan Sakai-Sambayan dan Nemui-nyimah sebagai inti dari artikel ini.

Pada lebaran Idul Fitri awal bulan Mei 2022 lalu, pesta sekura berlangsung sangat meriah (cat; selama dua kali lebaran pesta sekura tidak terlaksana akibat pandemi Covid-19). Sayangnya acara pesta sekura mendapat beberapa kritikan dari masyarakat, diantaranya terkait busana yang dikenakan oleh oknum sekura yang tidak bertanggung jawab. Kemudian kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya gelaran pesta budaya sekura, kemacetan ini termasuk yang paling utama dikritisi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah serta beberapa hal lain di balik suksesnya penyelenggaraan pesta budaya tahunan tersebut.

Menyikapi berbagai kritik, Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus dalam suatu kesempatan mengutarakan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat berencana akan membuat payung hukum dalam bentuk Perda termasuk anggaran dan hak paten serta aturan terkait penyelenggaraan pesta budaya sekura.

Sejarah Topeng

Topeng dapat didefinisikan sebagai suatu replika wajah yang dibentuk atas bahan dasar yang tipis atau ditipiskan. Wujud demikian membuat topeng menjadikan suatu kata tepat sebagai ungkapan figuratif yang mewakili masing-masing pribadi. Topeng tertua di dunia pernah ditemukan berupa topeng batu berusia lebih dari 9.000 tahun di Pnei Hever, sebuah pemukiman di Tepi Barat, saat ini topeng tersebut berada di museum “Bible et Terre Sainte” Paris, dan museum Israel di Yerusalem.

Peneliti mengatakan topeng diyakini telah dipakai untuk memuja leluhur digunakan dalam acara ritual selama periode Neolitik. Dalam seni pertunjukan dan untuk hiburan biasanya dikenakan di wajah. Seorang penulis Jerman mengklaim kata “topeng” pada awalnya berasal dari bahasa Spanyol más que la cara (secara harfiah, “lebih dari wajah” atau “wajah yang ditambahkan”), yang berevolusi menjadi “máscara”. Ada banyak topeng di seluruh dunia yang dapat dikategorikan dengan kriteria berbeda. Seperti topeng yang dapat digunakan dalam ritual, upacara, berburu, pesta, perang, pertunjukan, teater, gaya hidup. Topeng ditemukan pada suku Inuit di Amerika Utara, Suku-Suku Oceania, Suku Aztec Kuno di Amerika Latin, topeng suku di Afrika Afrika Barat.

Topeng di Indonesia

Beberapa litaretur zaman kolonial yang sempat penulis telusuri di perpustakaan sejarah digital Delpher.nl, versi digital baik surat kabar, buku, dan majalah terkait Belanda dan Indonesia (termasuk Hindia Belanda) menemukan beberapa buku berbahasa Belanda yang sempat menyinggung prihal topeng diantaranya:

1) Catalogus Ethnoogische Verzaneling Bataviaasch Genootschap Kunsten En Wewtenschappen Mr. J.A Van Der CHIJS, tahun 1894. 2) Juynboll, Dr. HH: Das Javanische Maskenspiel (mit TafelV-VII), 3) Lekkerkerker, C, tahun 1928 (de maskerspelen of topeng, waabii gemaskerde personen optreden de eigenlijke beschaafde) 4) J.A Loeber Jr (Houtsnijwerk En Metaalbewerking In Nederlandsch-Indie) Koloniaal Instituut Amsterdaam. Geillustrederde Beschrijvinger van Indische Kunstanijverheid (No VIII (slot).

Dari buku-buku tersebut, beberapa penulis TEMPO DOELOE secara umum menjelaskan tentang pembuatan topeng untuk permainan topeng. Topeng di Indonesia terbuat dari kayu, terutama dari jenis yang lembut, dicat dan disepuh; beberapa di antaranya dihiasi dengan mahkota dari kulit, pada ketinggian rata dengan mulut dibuat tempat menggigit topeng atau terkadang bisa juga diberi tali kulit yang digunakan untuk pengikat topeng. Pertunjukan topeng merupakan silih bergantinya dialog dan tarian topeng, resitasi dalang, pemimpin permainan, dan musik gamelan.

Ditemukan juga patung-patung kayu seperti di Nias, bagian Barat Laut Papua Nugini dan di beberapa Pulau Barat Daya memiliki tujuan yang berbeda. Inilah yang disebut patung leluhur atau jiwa. Mereka berhubungan paling dekat dengan pemujaan yang umum di wilayah roh leluhur. Ukiran kayu yang sangat indah ditemukan di Jawa, di mana Jepara dan Bali secara khusus cukup dikenal. Di sebagian besar pulau di Luar Jawa, dekorasi rumah dengan ukiran kayu terutama Nias, negara Batak (Toba-Batak) dan Sulawesi Tengah.

Penulis lain dalam literatur Seni dan Kerajinan Indonesia, Sapu, TJ, 1931, bersama Koninklijke Vereeniging “Colonial Institute” Royal Amstredam menuliskan: Selain Topeng terbuat dari kayu dari jenis yang lembut, dicat dan disepuh, beberapa di antaranya dihiasi dengan mahkota di beri tali kulit digunakan untuk pengikat. Jenis topeng Kayu Wajahnya berwarna kuning-hijau, bibir merah dengan gigi atas berlapis emas. Kontur berlapis emas dan hitam di sekitar mulut, mata, alis, dan rambut. Merah di rambut berlapis emas. Gaya rambut merupakan ciri khas pengantin wanita Jawa, yang juga melambangkan topeng wanita yang digunakan dalam pentas topeng jawa. H.: 17 cm. Lit.: v. Lelyveld, Mdbld. v.BK, Okt. 1929.

T. B.van Lelyveld. Topeng Masker terbuat dari Kayu. Polychromy berwarna hijau hitam dengan sedikit merah dan emas. Ornamen daun di dahi, bulan sabit di pelipis. H.: 19 cm. Georg Tillmann menambahkan pendapat TB Van Lelyveld “… Rambut di bagian samping ditutupi dengan ornamen dan relief daun berlapis emas”. Topeng terbuat dari Kayu, wajah abu-abu, kontur berlapis emas dan hitam di sekitar mata, hidung, dan mulut. Bibirnya merah. Rambut hitam ikal dan legam. H.: 18 cm.

Di Nusantara ini kita mengenal topeng Dayak di Pulau Kalimantan, topeng dalam tari Hudog dari suku Dayak Bahau dan Modang. Topeng Cirebon, topeng Malang yang dibawakan biasanya berasal dari kisah Panji yang menceritakan kisah asmara Raden Panji Asmoro Bangun. Topeng Reog lebih lazim disebut tari Reog Ponorogo. Topeng Ireng tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah.

Topeng adalah salah satu bentuk karya seni. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah sebuah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

Sakai Sambayan dan Nemui Nyimah dalam Tradisi Sekura

Dari segi falsafah hidup pada hakekatnya masyarakat Lampung secara umum memiliki kesamaan pandangan hidup yang disebut dengan Piil pesenggiri. Dalam tatanan moral merupakan pedoman bersikap dan berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas hidupnya. Piil pesenggiri merupakan potensi sosial budaya daerah sebagai sumber motivasi dalam usaha memperjuangkan nilai-nilai positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Piil-pesenggiri pada hakekatnya merupakan nilai dasar yang intinya terletak pada keharusan untuk mempunyai hati nurani yang positif (bermoral tinggi atau berjiwa besar), sehingga senantiasa dapat hidup secara logis, etis dan estetis.

Sakai sambayan berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas toleransi yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.

Perencanaan pesta sekura telah dilakukan sejak jauh hari, tokoh pemuda-masyarakat, tokoh adat, dan seluruh lapisan masyarakat sebelumnya telah berkumpul bermusyawarah mengenai rencana perhelatan kegiatan pesta sekura. Dari musyawarah tersebut telah ditentukan kapan tanggal dan hari, sumber pendanaan, kepanitiaan menyangkut kesiapan pelaksanaan sekura. Selanjutnya mereka akan bergotong royong mencari beberapa batang pinang, membersihkan batang pinang hingga tegak berdiri dengan berbagai pernik hadiah diatasnya.

Selanjutnya pada saat rombongan sekura memanjat pohon pinang, mereka akan bahu membahu berbagi tugas agar satu diantara mereka bisa mencapai puncak dan memetik hadiah diatasnya. Jarang terdengar ada keributan karena berebut ingin mencapai puncak, pembagian kelompok masing-masing rombongan sekura telah diatur dari kelompok mana saja untuk satu pohon pinang. Setelah berhasil mereka akan berbagi atas hadiah bagi anggota kelompok tersebut.

Gotong-royong, musyawarah dan mufakat ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk kerekatan dalam berbangsa dan bernegara. Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerja sama yang disepakati bersama, “bekerja bersama-sama atau tolong-menolong, bantu membantu” (KBBI, 2002).

Sedangkan dalam perspektif antropologi pembangunan, gotong royong didefinisikan sebagai pengerahan tenaga manusia tanpa bayaran untuk suatu proyek atau pekerjaan yang bermanfaat bagi umum atau yang berguna bagi pembangunan (Koentjaraningrat, 1974). Gotong-royong dan tolong menolong ini terjadi pada aktivitas pesta sekura.

Nemui Nyimah secara harfiah diartikan sebagai sikap santun, pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahim. Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari lubuk hati untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan bermasyarakat.

Seluruh lapisan masyarakat pekon yang pada hari itu mendapat giliran acara sekura akan mempersiapkan makanan dan hidangan, membuka pintu pintu lebar-lebar dengan tangan terbuka untuk menyambut para tamu, sanak saudara kerabat handai tolan yang datang dari jauh untuk bersilaturrahim dihari lebaran pada momen acara sekura berlangsung. Bahkan pada masa lalu, kerabat dekat dari jauh sudah ada yang datang sehari sebelumnya untuk membantu mempersiapkan segala keperluan khususnya acara menjamu para tamu keesokan harinya.

Para tamu yang datang juga tidak harus ada pertalian keluarga. Ada diantara pemain atau peserta sekura yang datang ke rumah-rumah meski tidak kenal tetap diberi makanan. Ada juga kerabat dekat usai ikut serta ber-sekura ria membawa rombongan kawan kawannya mampir ke rumah dan diberi suguhan makanan walau tidak saling kenal. Bisa juga kerabat yang datang hanya sekedar menonton tetapi mampir dan membawa rombongan teman-temannya, ini juga tetap disuguhi dan dijamu untuk makan dengan hidangan yang ada.

Kearifan Lokal Acara Sekura

Ki Hajar Dewantara berpandangan Kebudayan nasional adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Salah satu bentuk budaya adalah kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Kearifan lokal juga sering disebut kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious). Akhmar dan Syarifudin (2016), kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.

Secara substansial, kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari suatu masyarakat. Kearifan lokal merupakan “aset spiritual” atau kebijakan hidup yang mengajarkan masyarakat bagaimana harus bersikap. Oleh karenanya meskipun kearifan lokal merupakan hasil produk budaya masa lalu namun patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.

Makna filosofis sekura merupakan hasil pemikiran masyarakat lokal yang dituangkan menjadi tradisi yang terus dipertahankan hingga saat ini. Budi luhur dalam budaya sekura merupakan ajaran yang terkandung dalam budaya Sakai Sambayan dan Nemui Nyimah. Sebagai falsafah hidup “orang Lampung” dalam berperilaku kehidupan sehari-hari budi luhur terwujud dalam budi pekerti. Budi pekerti merupakan etos kehidupan yang membentuk etika dalam hidup. Etika merupakan suatu perwujudan yang menunjukkan perilaku seseorang apakah memiliki budi luhur atau tidak. Budi luhur, budi pekerti dan etika merupakan tiga hal yang saling terkait. Ketiganya terkandung dalam kebudayaan Lampung yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Kearifan lokal sebagai sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang bersifat dinamis dan fleksibel, terbuka, dan senantiasa menyesuaikan dengan zamannya, Wagiran (2012). Sebagai bagian identitas nasional maka kearifan lokal berfungsi dalam membangun kepribadian bangsa berdasarkan nilai-nilai luhur. Melestarikan nilai nilai kearifan lokal berarti menghayati dan melaksanakan gagasan-gagasan lokal daerah setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan tertanam serta diikuti oleh anggota masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan jati diri bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila.

Lampungbarat, 23 Mei 2022
Dr. Yunada Arpan
Dosen STIE Gentiaras / Pemerhati Sosial Budaya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru